Khofifah : Agawe Wong Cilik Melu Gumuyu Menjadi Prinsip Teladan

SAMPANG – Khofifah Indar Parawansa kembali mencalonkan Gubernur Jawa Timur dengan Emil Elestianto Dardak dengan nomor urut 2, periode 2024 – 2029. Sabtu, 28/09/2024.

Khofifah dalam kampanyenya hadir menyapa ditengah tengah tengah para pedagang di pasar Srimangunan Sampang dan ziarah kemakam mantan Gubernur Jawa Timur Raden Panji Mohammad Noer di Sampang

Dalam sambatan Khofifah Indar Parawansa mengaku dirinya perlu meneladani pola kepemimpinan mantan Gubernur Jawa Timur Mohammad Noer dan jejak perjuangan tokoh Jatim asal Kabupaten Sampang tersebut.

“Pak Noer mampu menanamkan pondasi kuat dan strategis bagi masyarakat Jawa Timur yang kini dikenal luas, khususnya masyarakat di Pulau Madura ini,” katanya

Mohammad Noer yang memiliki nama lengkap Raden Panji Mohammad Noer ini merupakan Gubernur Jawa Timur pada masa bakti 1967-1976.

Ia meniti karier dari bawah sebagai pegawai magang di Kantor Kabupaten Sumenep, lalu menjadi Asisten Wedana, Patih atau Wakil Bupati di Kabupaten Bangkalan, dan Residen atau Pembantu Gubernur, Pejabat Sementara Gubernur Jawa Timur, hingga menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur.

Pria kelahiran 13 Januari 1918 dan wafat pada 16 April 2010 ini dikenal dengan ungkapannya Agawe Wong Cilik Melu Gumuyu” yang memiliki arti membuat rakyat kecil ikut tertawa saat menyampaikan pendapat pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Maret 1973, sebagai Ketua Fraksi Utusan Daerah.

Sejak itu ia sering disebut dengan Gubernurnya Rakyat Kecil dan akrab disapa masyarakat Jawa Timur dengan sebutan Cak Noer.

Mohammad Noer juga pernah bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Prancis dan berhasil mempromosikan potensi wisata Indonesia di mata dunia.

Tokoh ini juga dikenal sebagai penggagas Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura, daerah asalnya, yang telah ia impikan sejak menjabat Wakil Bupati Bangkalan pada tahun 1950-an.

“Karena itu beliau ini selalu disebut-sebut sebagai Gubernur Jawa Timur, sedangkan yang lain adalah penggantinya,” ujar Khofifah.

Kalau jargon Jawa Timur Jer Basuki Mawa Beya, maka sesungguhnya itu prinsip Pak RP Haji Muhammad Noer adalah bagaimana membuat masyarakat kecil bahagia, sejahtera, masyarakat kecil bisa tersenyum

“Itulah sesungguhnya amanat Pembukaan UUD 1945 bagaimana bersama-sama berikhtiar memajukan kesejahteraan umum,” pungkasnya. (Md).

Exit mobile version