BANGKALAN – Anak berusia di bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Bangkalan, yang mengalami gizi buruk atau stunting, masih menjadi angka teratas se Jawa Timur (Jatim).
Kabupaten Bangkalan, tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jawa Timur, yakni mencapai 38,9%, Senin (17/10/2022).
Dari angka itu, menjadi perhatian tersendiri oleh salah satu kampus ternama di Jatim, yakni Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, sebab angka di Bangkalan menjadi tertinggi kasus stunting se Jatim.
Melalui program merdeka belajar kampus mengajar (MBKM), Unair menerjunkan 30 orang mahasiswa dari berbagai Fakultas yang akan disebar di 10 Desa di Bangkalan, untuk mengentaskan kasus stunting.
“Sebenarnya, ini program pemerintah, namun karena angka stunting di Jawa Timur cukup tinggi, sehingga kami dalam program MBKM ini difokuskan terhadap pengentasan angka stunting,” tutur Dominikus Raditya Atmaka, S.Gz., MPH, salah dosen pembimbing mahasiswa Unair.
Dalam program ini, mahasiswanya nanti akan menyasar 10 desa selama 3 bulan kedepan, tentunya akan bekerja sama dengan pihak pemerintah, yakni Dinas Kesehatan, Dinas KB dan dinas terkait lainnya.
“Stunting ini kami nilai adalah masalah yang cukup dinamis dan tidak bisa diselesaikan begitu saja, butuh kerja sama dari berbagai pihak, karena stunting ini akan berdampak pada pertumbuhan, sehingga butuh kerja sama untuk mengentaskan itu,” ucapnya.
Raditya menyebutkan, kenapa memilih Bangkalan, karena kasus stunting di Bangkalan sampai saat ini masih berada di angka tertinggi. “Makanya, ini menjadi konsen kita juga, dan Bangkalan ini harus kita tangani,” pungkasnya.
Berikut, 10 Desa/Kelurahan yang menjadi titik fokus penanganan stunting yang akan di bina dan diteliti oleh mahasiswa Unair Surabaya.
Kelurahan Kraton, Kelurahan Pejagan, Kelurahan Pangeranan, Kec. Bangkalan, Desa Lantek Timur, Desa Longkek, Desa Paterongan, Kec. Galis, Desa Pettong, Kec. Tanah Merah, Desa Jaddih, Kec. Socah, Desa Alang-alang, Kec. Tragah, dan Desa Genteng, Kec. Konang.
Sekedar diketahui, stunting ini merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita karena kekurangan gizi kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas kesehatan anak-anak dan remaja yang kurang mendapatkan asupan gizi seimbang, juga remaja putri yang mengalami anemia karena kekurangan zat besi.
Adapun pencegahan masalah gizi pada anak usia remaja bisa dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat dan makan makanan bergizi seimbang. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif oleh seluruh pihak terkait agar para remaja yang kelak akan menjadi orang tua dapat menghasilkan generasi yang unggul dan sehat.
Selain itu, diketahui juga bahwa angka balita dan anak pengidap stunting di Kabupaten Bangkalan masih meroket. Hal itu berdasarkan data balitbang Kementrian Kesehatan tahun 2021 yang menyebutkan prevalensi stunting pada anak dan balita di Kota Dzikir dan Sholawat mencapai 38,9 persen dan menjadi angka tertinggi di Provinsi Jawa Timur.
Akan tetapi, angka itu menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan, data penderita stanting tahun ini mengalami penurunan, dibandingkan tahun 2021, data tahun ini sekitar 2.287 anak yang mengalami stunting, sementara tahun lalu sekitar 3.710 anak. Artinya tahun ini mengalami penurunan hampir seribu.