BANGKALAN – Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia, terlebih bagi penduduk Madura. Seiring berjalannya waktu membantik mulai digemari oleh generasi muda-mudi, hal itu terbukti sudah ada 10 orang anak mulai belajar membatik. Bahkan anak-anak yang masih terbilang usia dini itu, tersebar di tujuh desa yang ada di Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan, Sabtu (18/03/2023).
Salah satu tokoh pemuda di yang ada di Kecamatan Kokop Syamsuddin mengatakan, tentu potensi yang dimiliki oleh anak-anak sejak usia dini perlu dukungan dari orang tua dan khususnya tenaga pendidik di sekolah masing-masing. Sebab, jika anak-anak atau generasi yang ada di Kokop ini mempunyai kemauan yang tinggi, selanjutnya kemauan itu harus ada suport baik itu dari segi fasilitas yang bersentuhan dengan membatik.
“Potensi yang perlu dikembang, dan dilestarikan untuk keberlajutan budaya membatik. Karena selain melestarikan budaya juga dari kebudayaan batik ini bisa membantu peningkatan dan pemasukan bagi ekonomi masyarakat khususnya di kokop,” tuturnya.
Dari itulah, dari sekian anak yang suda memiliki keahlian membatik sejak dini, maka akan lahir pula kain batik yang bisa mengenalkan kota Bangkalan bahkan Madura. Dia juga menyampaikan peningkatan kualitas membatik anak-anak, jika fasilitas yang kurang lengkap tentu tidak akan menghasilakan batik yang bagus. Sehingga harapannya kepada pemerintah kabupaten di sektor pendidikan, juga memikirkan perkembangan dan telanta yang dimiliki anak-anak di Kecamatan Kokop.
“Semangat melestarikan budaya membatik di Madura, kiranya butuh apresiasi yang lebih, baik bentuknya reward maupun alat-alat membatik,” Jelas pemerhati anak desa itu.
Sementara Kepala sekolah UPTD SDN Manoan 1 Suranto menerangkan, dari hasil akumulasi jumlah anak yang bisa membatik ada 10 orang dari tujuh Desa. Diantaranya, Sholihatus Sholehah dari SDN Dupok 3, Naila dari SDN Ampara’an 2, Lailatul Fitria SDN Lembung Gunung 2, Safiroh SDN Mandung 1, Maulidatul Mufarrohah SDN Tramok 2, dan Bela As Sahro SDN Batokorogan 2.
“Ditambah lagi ada Nur Afiatun Hasanah dari SDN Banda Soleh 1, selebihnya dari sekolah yang sama, intinya ada tujuh desa yang memiliki generasi bisa membatik,” ungkapnya.
Camat Kokop Urip Riyanto mengaku akan terus mendukung bersama Musfika atas keahlian-keahlian yang dimiliki siswa-siswi yang ada di wilayah kerjanya. Akan tetapi berkenaan dengan hal yang berkaitan dengan dana, masih butuh rembukan dengan pihak-pihak terkait.
“Bagus jika ada keahlian menggambar khususnya di bidang membatik, Musfika juga ikut mengapresisasi,” ujarnya. (AK)