BANGKALAN – Sebagaian besar masyarakat di daerah mulai mengeluhkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi, pasca pemerintah meresmikan kenaikan harga pada hari Sabtu siang, 3 September 2022 kemarin.
Keluhan itu diuangkapkan oleh supir angkutan kota (Angkot) H. Imran (63), saat mangkal di depan pintu keluar pasar Ki Lemah Duwur (KLD) Bangkalan.
Menurutnya, kenaikan harga BBM ini sangat berdampak terhadap pekerjaannya. Sebab, pendapatan yang tidak seberapa itu, saat ini malah ditambah beban oleh pemerintah akibat kenaikan harga BBM Subsidi.
“Pertama, kita ini tidak ada muatan (sepi), kedua ditambah harga BBM naik, ampon sobung se ede’ereh (sudah tidak ada yang mau kita makan: Madura red),” tutur H. Imran, saat ditemui di depan pasar KLD, Selasa (6/9/2022).
Meski BBM sudah naik, pihaknya masih belum berani menaikkan tarif, karena jika dinaikkan penumpang malah enggan untuk ikut angkotnya.
“Kita ini serba repot mas, kalau tarif dinaikkan, penumpangnya malah tidak mau naik, sementara harga BBM nya sudah naik, jadi ini dampak besar bagi kami mas,” katanya.
Tarif angkutan sebelum kenaikan harga BBM di sekitaran kota, menurutnya hanya ditarif seharga Rp. 4 ribu, terkadang sampai ke Rp. 5 ribu. Sementara setelah kenaikan BBM saat ini, tarif masih saja di harga yang sebelumnya.
“Harga angkutan kita masih di harga sebelum kenaikan BBM mas, karena kalau dinaikkan harganya, lagi-lagi tidak ada yang mau naik,” lanjutnya.
Rata-rata pendapatannya dalam sehari, pria asal Kecamatan Burneh ini mengaku, hanya bisa memperoleh rata-rata Rp. 25 ribu.
“Itu penghasilan kami setiap harinya, belum bensinnya mas, kalau begini terus lok atanak mas (tidak masak; madura red),” ucapnya.
Dia meminta agar pemerintah kembali menurunkan harga BBM, karena kenaikan harga tersebut membuat masyarakat kecil sengsara.
“Kalau keinginan kita, harga BBM kembali di turunkan, kasian rakyat kecil seperti kita ini mas, iya kalau yang mampu, kalau tidak mampu, bagaimana nasibnya,” tutup dia, penuh harap.
Sementara itu, Kepala Seksi Angkutan Umum Dinas Perhubungan Bangkalan R Achmat Rupawansyah (Wawan) menyampaikan, tarif angkutan kota atau angkutan umum hingga kini belum ada kebaikan.
Sebab, untuk menaikkan harga itu harus menunggu perhitungan dari Dirjen Perhubungan. “Saat ini masih sama tarifnya, tapi tentu ini sudah membuat banyak sopir angkot mengeluh,” ulasnya.
Wawan menyebutkan, saat ini pihaknya juga masih menunggu edaran penetapan tarif terbaru untuk angkutan kota, angkutan umum dan sejenisnya.
“Nanti ditunggu saja, sementara masih belum ada informasi apapun, mengenai kapan akan diturunkannya edaran ini,” pungkas dia.