SAMPANG-Saat ini rumah tradisional sudah tidak diminati, Terbukti dari sekian miliar jiwa penduduk Indonesia, banyak menginginkan rumah megah. Contoh bertembok, berkramik, dan bertingkat. Bahkan, tiga kata yang diawali “ber” Itu sudah terbangun di area perkotaan. Tidak luput juga masyarakat pedesaan, banyak yang menginginkan hal tersebut
Fauzi tokoh pemuda yang peduli dengan sejarah bahwa Tahun 2022 ini, banyak masyarakat yang berlomba-lomba adu bagus rumah. Sehingga demikian, rumah tradisional tak lagi dilirik. Kenapa bisa terjadi? Jawabannya, terletak di pandangan masyarakat sendiri tentang rumah adat. “Salah satunya, rumah ber gedung adalah tempat tinggal yang layak Sedangkan rumah adat atau pun tradisional, dianggap tidak layak”,menurutnya.
Selain itu, keilmuan tentang sejarah juga menjadi tolak ukur terjadinya kepunahan rumah tradisional. Sebab, apabila orang itu faham dan mengerti tentang sejarah, maka dapat dipastikan banyak dari masyarakat yang mempertahankan keutuhan rumah tradisional. Namun faktualnya, tidak sedikit orang yang hanya memiliki pemahaman ‘kalau tidak rumah bagus maka tidak akan dihargai,”Sehingga perlu disadari bahwa orang yang tidak menghormati rumah adat itu merupakan orang yang belum faham tentang sejarah, adat, budaya, dan adap leluhur”, katanya.
Terkait hal itu, kita ambil contoh rumah adat yang kerap kali disebut dengan penamaan Tanian Lanjheng (Halaman Panjang).
Tanian Lanjheng adalah rumah yang memiliki halaman cukup panjang. Biasanya halamannya itu memanjang dari timur ke barat. Mentok di sebelah barat terdapat kobhung (surau). Pada samping surau itu beberapa rumah terbangun dengan corak kuno. Adapun dari kobhung, Halaman, Corak rumah memiliki khas dan manfaat masing-masing. Yakni, kobhung gunanya untuk tempat menemui tamu dan peribadatan. Halaman panjang tempat anak-anak bermain dan berlatih pencak silat. Sedangkan rumah kas Madura memilki postur bentuk yang lumayan panjang apabila dibahas kali ini.
Dari penjuru Nusantara, sudah faham kalau Tanian Lanjheng ini hanya ditemuin di Madura. Baik di kabupaten Sumenep, Pamekasan, Sampang, atau pun Bangkalan. Di empat kabupaten itu rumah Tanian Lanjheng pernah berdiri. Namun di tahun 2022 ini, tepatnya era modern, Tanian Lanjheng sudah tak diminati lagi oleh pemilik adatnya. Bahkan masyarakat masyarakat sekitar banyak yang membangun ulang rumahnya dengan corak paris, eropa, dan ala barat lainnya. Jelas saat ini Tanian Lanjheng sulit ditemukan di Madura, sebab peminatnya minim. Apabila, para pembaca ingin mengetahui bentuk Tanian Lanjheng, bisa ditemui di pelosok. Seperti Desa Baipajung Kecamatan Tanah Merah Bangkalan.
Minimnya Tanian Lanjheng ini akan sampai kepada masa kepunahan nantinya. Hal itu tinggal menghitung tahun dan abad. Adapun penyebabnya adalah; pertama, masyarakat yang kurang mengkonsumsi sejarah. Kedua, kurangnya pakar tentang budaya di lingkungan masyarakat. Ketiga, para pakar budaya yang berada di pemerintahan terlalu sibuk mengambil keuntungan sehingga konsep adat tersingkirkan. Keempat, masuknya budaya asing mempengaruhi kecintaan orang Madura terhadap adat sendiri. Serta banyak penyebab lainnya.
Seandainya, empat penyebab itu dapat ditangani dengan baik, tentu Tanian Lanjheng dapat diselamatkan. Namun keadaanya saat ini memang begitu. Serta perlu menunggu pahlawan budaya agar Tanian Lanjheng diselamatkan. Meski hal itu tidak mungkin sekali pun.(mohdy)