SAMPANG – Legenda Panji Laras terus berkembang di masyarakat Madura, terutama di Kabupaten Sampang, bahkan situs peninggalannya tetap terjaga. Sosok pria yang sangat dikenal memiliki ayam jago itu dimakamkan di Kampung Madegan, Kelurahan Polagan.
Panji Laras dikenal seorang tokoh penyiar agama dengan cara yang unik dengan menggunakan media ayam jago untuk mengajak orang supaya memeluk masuk islam.
“Panji Laras mengadu ayam jagonya dengan ayam jago milik orang lain, kalau lawannya kalah, maka akan memeluk Islam,” kata Juru kunci Makam Panji Laras, Fauzan, Minggu 20/08/2023.
Menurut Fauzan, di luar kota Bahari juga banyak dikisahkan tentang Panji Laras, namun yang paling mendekati kebenaran adalah cerita yang berasal dari Sampang, mengingat Makam dan peninggalannya serta lokasi adu ayam masih tetap terjaga.
“Panji laras dulunya sangat disegani dan kegemaran sabung ayam untuk menyebarkan agama Islam merupakan hal yang sangat luar biasa,” terangnya.
Dikisahkan, Panji Laras lahir dari rahim seorang ibu bernama Centil Kuning yang tinggal di dalam sebuah hutan dan ayahnya adalah seorang Raja bernama Jayengrono. Kala itu pertemuan Raja Jayengrono dengan Centil Kuning di awali dengan tersesatnya raja di sebuah hutan.
Kemudian tiba-tiba melihat sebuah rumah yang dihuni seorang perempuan yang tidak lain adalah Centil Kuning dan seorang nenek tua. Saat keduanya bertemu, Raja Jayengrono seketika terkesima atas kecantikan Centil Kuning hingga akhirnya keduanya memendam rasa dan menikah.
Berselang beberapa bulan, Raja Jayengrono meminta izin kepada istrinya untuk pergi ke kerajaan dengan kepentingan mengurus rakyat. Tanpa disadari Centil Kuning tengah hamil tiga bulan, namun saat perut terus membesar dan diketahui hamil, sang raja malah tak kunjung kembali. Hingga akhirnya, Centil Kuning melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Panji Laras.
Waktu terus berjalan, Panji Laras tumbuh besar dan saat berjalan di halaman rumahnya melihat seekor elang terbang memutar di atas rumah. Burung elang itu tiba-tiba turun menghampiri Panji Laras dengan mencengkram sebutir telur ayam dan meletakkan di hadapan Panji Laras.
Kemudian Panji Laras mengambil telur itu dan memberikannya kepada ibunya sembari menceritakan peristiwa aneh tersebut. Centil Kuning mengeramkan telur itu ke lilitan ular lantaran dia tidak memiliki atau memelihara ayam untuk dieramkan.
Beberapa hari kemudian, menetaslah telur itu menjadi seekor ayam jantan yang diberi nama Cindi Laras. Ayam jantan itu selalu menang saat diadu dengan ayam-ayam jago lainnya. Saat itu ayam tersebut kesohor hingga terdengar oleh sang raja.
Dipanggillah Panji Laras untuk menghadap istana sembari membawa sang Cindi Laras untuk diadu dengan ayam jago milik raja. Pertarungan itu dimenangkan oleh ayam milik Panji Laras. Raja pun kecewa sehingga memanggil Panji Laras untuk menanyakan asal-usulnya.
Dari penjelasan itulah, Raja Jayengrono menyadari bahwa yang ada di depannya itu merupakan putranya sendiri.
Setelah Panji Laras bertemu dengan ayahandanya, dia berpamitan kepada ayahanda dan ibundanya untuk belajar agama Islam. Setelah beberapa tahun mendalami agama Islam, dia diperintahkan oleh gurunya untuk mengembara ke Pulau Garam, Madura.
Di Madura inilah dia menyebarkan agama Islam. Tak lupa dia juga membawa ayam jagonya, Cindi Laras untuk dijadikan media dakwah. (FS)