SAMPANG – Hoirur Rosikin, asal Desa Marparan, Kecamatan Sreseh, Kabupaten Sampang merupakan pemuda yang memilih jalan hidup menjadi seorang penulis. Dan sudah menerbitkan tiga buku. Diantaranya, Cakrawala Pembebasan, Mengenal Tentang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Peran Perempuan dalam melihat fakta sosial.
“Saya mulai ingin menulis setelah berada di Kampung dengan melihat beberapa fakta sosial yang terjadi,” jelasnya, Minggu, 16/07/2023.
Menurut dia, yang menjadi pemicu untuk menulis juga ruh mahasiswa saat ini hilang ditutupi oleh budaya modern, sehingga cita-cita reformasi hanya menjadi slogan.
Di dalam karyanya, Hoirur banyak bicara tentang perjuangan, sejarah dan perlawanan. Hal itu merupakan pengaruh aktivitas dilingkungan kampusnya sebagai mahasiswa pergerakan. Tak hanya dalam bentuk buku, dibuktikan juga dengan aktif dalam gerakan sosial dan menjadi penggagas diskusi forum wacana kritis malang (FWKM).
”Secara umum saya bicara peran mahasiswa Indonesia dalam perlawanan. Dan sedikit kritis menilai kondisi atau situasi alif fungsi keberadaan universitas yang bukan lagi sebagai tempat menempa ilmu pengetahuan, melainkan jadi lahan bisnis,” ucapnya.
Hoirur berpendapat, bahwa menulis buku adalah suatu keabadian pikiran manusia. Sebab, manusia fana dan yang tidak menciptakan sejarah hanya tinggal nama. Maka, seperti pernyataan Pramoedya Ananta Toer menulis bekerja untuk keabadian.
”Saya hanya berharap bisa memberikan dedikasi kepada pemikiran. Dan ketika saya nanti tiada, orang masih membaca saya dari buku ini. Dan perlu diingat, kemajuan bangsa Eropa, itu karena banyak pemikir dan penulis buku. Baik fiksi, nonfiksi, sejarah dan buku-buku perjuangan,” pungkasnya. (FS)