SAMPANG – Deni Aji, pria asal Desa Ragung, Kecamatan Torjun, mengenal lagu sejak masih kanak-kanak. Yaitu lagu-lagu tembang kenangan yang terus diputar setiap hari oleh orang tuanya. Seperti lagu yang dibawakan oleh Rati Purwasih dan Pance F Pondaag, serta lagu-lagu Tomy J Pisa. “Lagu itu ternyata ritmenya sama dengan lagu Blues setelah saya ingat,” jelasnya, Minggu, 09/07/2023.
Kelas dua sekolah dasar (SD), Deni sudah bisa memainkan satu alat musik gitar, sehingga setiap pulang sekolah dia selalu memainkan. Meskipun pada waktu itu dia hanya bisa membawakan beberapa lagu dengan cara menghafal.
Deni mulai mendalami musik Blues sejak duduk di bangku kuliah tahun 2010-2011 dengan belajar secara otodidak. Modal utama tekad dan jiwa perasa yang langsung berangkat dari esensi spiritual.
Setiap hari dia melihat kehidupan petani garam yang kemudian menyentuh batinnya dan yang menjadi inspirasi penciptaan lagunya. Karena Blues bukan lagi bicara pola permainan melainkan realitas.
Selain itu, Deni sering membaca sejarah munculnya musik tersebut yang lahir dari bangsa kulit hitam di Afrika dengan kondisi perbudakan para pekerja lapangan. Dan pola kehidupan itu ibarat petani garam di Desanya yang bekerja di bawah terik matahari sambil bernyanyi untuk menghibur diri.
“Meskipun kondisi itu sudah beda, tapi Blues memang berangkat dari ratapan para pekerja lapangan dan caci maki,” pungkas pria yang selalu memakai topi itu. (FS)