Sampang Darurat kasus kekerasan Seksual, Tiga Tahun Grafik Naik

SAMPANG – Kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia tidak ada habisnya. Setiap pekan, selalu ada kasus baru yang terkuak ke publik. Kasus kekerasan seksual di Kabupaten Sampang terus bertambah. Tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Bahkan, korbannya rata-rata menimpa anak di bawah umur dan berstatus pelajar, Senin, 24/04/2023

Berdasarkan catatan KemenPPPA, kasus kekerasan seksual terhadap anak mencapai 9.588 kasus pada 2022. Jumlah itu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yakni 4.162 kasus.

Sedangkan di Sampang sendiri kepala Dinas Sosial melalui Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Dinas Sosial Sampang Masruhah mengaku sangat prihatin atas kasus tindak asusila yang terjadi di Kota Bahari. Apalagi, untuk kasus persetubuhan terus bertambah. Sementara, korbannya kebanyakan anak sekolah. Dengan begitu, perlu dilakukan pendampingan.

Menurut Masruhah, untuk masalah ini pihaknya sudah intens berkoordinasi dan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Tujuannya, agar sekolah turut serta dalam melakukan pendampingan. Terutama, ketika ada peserta didiknya yang menjadi korban.

Kami tentunya akan berusaha sebaik mungkin untuk mengungkap kasus-kasus pelecehan terhadap anak. Kepada Kepolisian juga agar memberikan hukuman yang berat, harapannya kedepan tidak ada lagi kasus-kasus serupa yang terjadi di Lampung,” Lanjutnya.

”Karena mereka punya hak untuk menempuh pendidikan. Dan sekolah harus tetap menerima. Kan itu bukan kehendaknya, tapi korban. Saran kami, sekolah tetap memantau agar tidak ada kasus baru,” katanya.

Dia juga meminta pada media yang memberitakan tentang kasus demikian untuk tidak menyebut nama dan alamat. Sebab, ketika hal itu disebutkan, dampaknya sangat besar. Tekanan psikologi anak dan keluarga korban bisa terganggu. Bahkan, sebagian ada yang putus sekolah.

Di tempat terpisah Anggota Komisi IV DPRD Sampang Iqbal Fathoni mengatakan, penanganan terhadap kasus kekerasan seksual diutamakan pihak korban. Bahkan, jangan hanya urusan pendidikan saja, tetapi yang perlu diperhatikan juga mentalnya.
Sangat miris ya dengan apa yang terjadi di Sampang kami melihat sebagai darurat kekerasan seksual terhadap anak. Bahkan pelaku ada ayah kandung korban itu sendiri,” dilanjutkan.

”Sampai saat ini dinsos hanya bisa bekerja sama dengan pihak rumah sakit. Belum punya dokter spesialis yang fokus menangani kejiwaan,” tandasnya.

(Md)