BANGKALAN – Dalam sebuah keyakinan setiap kelompok masyarakat tentu berbeda-beda, salah satunya keyakinan meraih keberkahan dalam usaha bertani mengadakan doa di tengah sawahnya yang dikenal dengan Jheg Bumih. Kegiatan semacam itu juga pernah terjadi pada nene muyang terdahulu di wilayah Desa Mano’an, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkala, (26/02/2023).
Ustad Hambali mengatakan, Jheg Bumih merupakan tradisi lama yang pernah ada sejak dahulu. Masyarakat melakukannya tidak setiap bulan atuapun setiap tahun, akan tetapi Jheg Bumih Sawah akan digelar saat dirasa usaha pertanian nya mulai banyak yang mati. Upacara Jheg Bumih Sawah juga membawa varian tujuh bunga, akan tetapi tidak bias di sebaut dengan layaknya sesembahan kepada roh-roh yang ada di lokasi tertentu.
”Semua itu kami lakukan demi mendapatkan keberkahan dalam berusaha bertani, karena sejak awal taman padi banyak yang mati. Tentu bukanlah hal yang berbau maksiat, sebab bacaan yang ada dibaca merupakan kalam-kalam ilahi seperti surah-surah yang ada di dalam al-Quran,” tuturnya.
Pemuda yang udah dikarunia dua anak itu menerangkan, isi jgeh bumih sawah sendiri diantaranya pembacaan Ummul Fatihah, dilanjutkan dengan bacaan Surah Yasin. Sekaliguas pembacaan Surah al khafi, Surah Waqiah, dan doa khusus Jheg Bumih Sawah secara bersamaan.
”Lalu air tujuh kembang itu nanti di sirimakan ke setiap sawah yang dijakan tempat pertanian, seperti Padi atuapun Jagung dan lain sebagainya,” ungkap Hambali.
Sementara khotibul Umam anak dari pemilik sawah menyampaikan, Jheg Bumih sawah sudah ada sejak dahulu kala zaman nenek moyangnya. Dan itu juga pernah dilakukan semata-mata untuk meraih keberkahan hasil usaha tani nya. Selain itu berharap tanahnya di persawahan tersebut bias menghasilkan tanaman yang bagus dan hasil panin yang banyak.
”Itu hanya usaha kami meraih ridho sang penguasa alam semesta, dan semoga dengan digelarnya Jheg Bumih Sawah ini hasil tani tambah banyak, meskipun tidak banyak mendapatkan keberkahan dari yang sedikit,” tandasnya. (AK)