Ragam  

Permainan Tradisional Bhenteng Di ujung Tanduk Kepunahan

SAMPANG – Permainan tradisional Bhenteng di Dusun Torjun Daya Desa Torjun Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang berpotensi punah. Hal itu terbukti saat anak-anak yang sudah tidak lagi melakukan permainan bhenteng itu. Sehingga atas dasar itu perlu adanya pahlawan tradisional yang menyelamatkan. Kalau tidak segera dilakukan, maka permainan tradisional semacam itu benar-benar punah nantinya.

Salah satu warga Dusun Torjun Desa Torjun Kecamatan Ahmad Subairi, mengatakan bahwa permainan tradisional Bhenteng yang ada di dusun Torjun Desa Torjun sudah mulai tidak diminati oleh anak-anak. Padahal permainan tradisional yang menyebar secara lisan itu, memiliki nilai moral tersendiri.
“Permainan Bhenteng sudah tidak diminati lagi,” ucapnya, Minggu (11/12/22).

Demikian permainan Bhenteng sudah di ujung tanduk kepunahan. Sehingga untuk situasi anak yang terlanjur carut marut ini, diperlukan upaya penyelamatan baik dari pemerintah, masyarakat sepuh, pemuda, maupun anak-anak sendiri.
“Harus ada pahlawan Permainan Tradisional,” ungkapnya.

Sebab sikap pemerintah kepada permainan tradisional seperti Bhenteng itu, ia lanjut menguraikan, justru acuh tak acuh terhadap permainan tradisional. Lalu, masyarakat sepuh sedang sibuk mencari harta kekayaan pribadi. Pemuda juga acap kali tidak sempat lantaran tertarik dengan budaya-budaya baru dari negara asing. Sedangkan anak-anak tengah terbius dengan game online.
“Antara pemerintah, Masyarakat Sepuh, Pemuda, dan anak saat ini sudah sibuk masing-masing,” sambungnya.

Sementara tata cara bermain permainan Banteng, minimal sepuluh orang yang membentuk dua kelompok. Hal itu dilakukan agar bisa menempati dua tiang sebagai markas yang saling bermusuhan.
Aturannya, siapa yang paling lama memegang tiang yang dianggap markas, maka dianggap paling kuat. Kemudian adak aksi saling kejar dan saling hindar, dengan tujuan agar bisa menyentuh tiang lawan. Sebab apabila berhasil menyentuh tiang lawan maka akan mendapat Poin sebesar satu poin.
“Kalau mampu menyentuh tiang lawan, maka mendapat satu poin,” jelasnya.

Ia berharap agar anak-anak tidak fokus kepada game online saja. Melainkan juga memperhatikan permainan leluhur. Selain itu, ia juga berharap agar ada arahan dari sesepuh Desa Torjun, yakni mengarahkan anak-anak agar minat kepada permainan Tradisional tumbuh lagi.
“Kalau hal itu tidak segera dilakukan, maka permainan tradisional diujung Tanduk kepunahan,” pungkasnya.
(AHe)