Ragam  

Terlahir Prematur Owner Perusnia Dukung Perkembangan Numisnatik Indonesia

BANGKALAN, Kecintaan terhadap sejarah keberadaan uang mulai terbentuk dalam diri Salman Al Rosyid. Hingga saat ini mempunyai ribuan koleksi uang koin dari puluhan negara. Baru-baru ini ada tiga projek yang dicanangkan, salah satunya buku dengan ketebalan 1000 halaman, Sabtu (12/11/2022).

Salman Al Rosyid selaku pemilik Museum Perusnia mengatakan, dalam dua tahun terakhir ini sudah mempersiapkan tiga projek. Diantaranya Buku berjudul ‘Jelajah Uang Koin Nusantara’ dengan ketebalan 1000 halaman 50 pembahasan.

Buku tersebut digarap sejak dirinya duduk di kelas XII SMA Negeri 2 Bangkalan tepatnya pada Februari 2021 lalu. Dengan kecerdasan yang dimiliki pemuda yang saat itu berumur 20 tahun, sudah 800 halaman terselesaikan.

“Sekarang sudah tinggal 200 halaman lagi menunuja meja percetakan,” tuturnya.

Bahkan Putra dari Bidan Ayu Yuliana itu, menyampaikan dalam satu Bab bisa sampai 100 halam. Sebab, pembahasan dalam setiap koin dijelaskan mulai dari bentuk dan ukurannya. Tidak hanya itu saja dari segi ukiran dan gambar yang ada di koin itu juga diperinci makna dan tujuannya.

“Sejauh ini di Negara Indonesia belum ada pembahasan uang koin secara detail, sehingga saya banyak mendaoatkan suport dari berbagai kolektor uang,” jelasnya.

Banyaknya bantuan dan hibah buku yang diberikan secara cuma-cuma oleh pecinta nomisnatik (Kolektor uang), dapat mempermudah proses pengarapan bukunya. Menurutnya salah satu faktor tidak adanya buku yang membahas uang koin karena sulitnya memahami bahasa belanda.

Oleh karena itu dirinya memberanikan diri untuk mengulas secara detai, baik dari proses pembuatan, tahun pembuatan, dan umur uang itu digunakan. Selain itu dalam buku ini nantinya juga dibahas terkait negara yang menggunakan seperi Indonesia sejak tahun 1600-1952.

“Betul, akan mengulas sejarah uang koin yang digunakan di indonesia 1600-1952. Juga uang koin apa saja di abat itu yang digunakan oleh negara kita, serta negara mana yang mencetak uang itu,” ujarnya.

Dia mengungkapkan tujuan mengulas uang koin tersebut, semata-mata ingin membantu dan mendukung perkembangan Nomisnatik di Negara Indonesia. Salah satu cara yang dia ambil dengan membuatkan Museum Perusnia. Apalagi sejak Kemerdekaan Republik Negara Kesatuan Indonesia (NKRI), masih menggunakan uang cetakan Beland sejak masa Kolonian 1600-1952.

“Benar memang mencetak di Indonesia selepas 1952 itu, akan tetapi mesin percetakan uang koinnya masih impor dari Negara Belanda pada waktu itu,” ungkapnya.

Salah satu contohnya uang koin 500, yang ada gambar padi di dalamnya. Dijelaskan alasan menggunakan simbol Padi, karena pada waktu itu Indonesia mempunyai sumber daya alam padi terbanyak. Juga dalam koin 500 itu menggunakan tiga bahasa salah satunya melayu arab.

“Kalau uang kertas banyak yang ngulas, jadi cukup menarik kalau saya membahas khusus uang koin saja,” terangnya.

Sementara projek kedua dari pemuda yang dulunya menjadi bahan bulyying oleh teman-temannya itu. Sekarang sudah menggarap empat video untuk diupload di Channel Youtube nya Edukasi Musiume Perusnia. Tidak jauh beda dengan bukunya, hanya saja di chanelnya nanti akan dibahas menggunakan suaranya sendiri.

“Sehingga dengan bahasan yang renyah, penonton mudah mengerti, apalagi bahasanya sudah disederhanakan,” katanya.

Pasalnya buku Jelajah Uang Koin Nusantara akan dibentuk sebagai Aplikasi juga. Dan itu sangat jarang untuk APK buku yang secara khusus membahas sisi mata uang jenis koin dari berbagai aspek.

“Sudah banyak yang pesan buku saya ini, padahal belum selesai garapannya. Mungkin karena kelengkapan data itu yang membuat orang-orang tertarik membeli dan membacanya,” pungkasnya (AK)