Ragam  

Rahasia Perawatan Sapi Karapan di Madura, jika Jadi Juara

SAMPANG – Kecintaan pada sepasang sapi karapan bahkan kadang melebihi kecintaannya pada dirinya sendiri. Itu dapat kita tengok dari bagaimana cara pemilik sapi karapan yang sangat di cintai

H.Aulia Rahman, salah seorang pecinta sapi karapan asal Desa Torjun, Kec Torjun, Kab Sampang, menuturkan, tidak ada kata lelah untuk terus mencari cara bagaimana agar lari sepasang sapinya makin kencang dan staminanya tetap terjaga.

Aulia, begitu ingin akrab disapa, mengaku bahwa untuk memperoleh sapi karapan yang handal, dibutuhkan perawatan ekstra, otomatis tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan.

Aulia bercerita, sepasang sapi karapan yang ia miliki, rutin dimandikan setiap pagi dan sore hari. Selain itu, tiga kali dalam seminggu, seekor sapi karapannya rutin dicekokin jamu berupa 25 sampai 50 butir telur.

“Biasanya dicampur dengan jamu pagaran. Misalkan, kunyit, atau apalah, terserah,” katanya. “Itu dilakukan pada hari-hari biasa, dan lumrah dilakukan pada malam hari,” imbuhnya.

Beda halnya kalau menghadapi momen lomba, porsi jamu harus ditingkatkan / di bom. Sepasang sapi harus diterapi, dan telah dipersiapkan tiga bulan sebelumnya. Makan minumnya juga harus teratur. Minum tidak boleh berlebihan, khawatir lalu sapinya menjadi gemuk. “Jadi, kalau kegemukan, sapi itu tidak sehat,” terangnya

Untuk mengkilatkan kulit sapi, Iron biasanya memakai kelapa, dicampurkan dengan jamu yang lainnya. Minimal 25 sampai 50 kelapa.

Caranya, kelapa itu diparut, kemudian diambil santannya. Santan itu lalu dicampur dengan telur, bumbu, dan lain-lain. Adukan jamu tersebut diminumkan rutin tiga kali dalam seminggu.

Menurutnya, jika asupan jamu yang diterapikan itu bagus dan cocok, seiring waktu, kulit sapi akan mengkilap dengan sendirinya. “Ya, tapi ya itu, mandinya harus dijaga. Kandang harus bersih terus,” ujarnya.
‘Harus Difisik’
Tidak hanya itu, setiap pagi, sepasang sapi karapan itu harus difisik (olahraga). Yaitu, dengan cara membawanya berjalan minimal jarak tempuh 2 kilometer. “Atau memutar lapangan sebanyak 25 putaran, rutin dalam satu minggu, paling tidak 2 kali,” katanya.

Menurutnya, latihan jalan dan lari itu dianjurkan di lapangan yang berdebu. “Karena apa, kalau debu itu bebannya kan berat. Nanti itu larinya akan terasa enteng dan kencang,” imbuhnya.
‘Nafas Sapi’
Lari kencang saja tidak cukup. Karena bisa jadi ketika mengikuti lomba, sampai di separuh perjalanan, sapi sudah ngos-ngosan, tidak mampu eksis berlari kencang sampai di finis.
Untuk itu, sapi karapan juga harus diterapi dengan cara pera. “Biasanya dengan cuka, dan campuran lainnya rahasia,” tukasnya. (Mohdy)