BANGKALAN – Berwirausaha saat ini menjadi pilihan untuk menunjang keberlangsungan hidup sehari-hari. Seperti usaha kedai kopi yang dilakukan oleh Zahra (24), warga Desa Saplasah, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Madura.
Pasca lulus kuliah Pendidikan Ekonomi di STKIP PGRI Bangkalan, Zahra mulai berfikir, bahwa hidupnya, karena sudah tidak mungkin lagi terus bergantung pada orang tuanya. Sebab, saat ini dia telah menyandang gelar sarjana.
Menurutnya, gelar sarja kalau di desa akan menjadi beban moral, apalagi untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya masih bergantung terhadap orang tua. Hal itu menjadi bagian dari motivasinya untuk membuka usaha di desanya.
Selain itu, dia juga menyebutkan setelah kuliah pendidikan, bukan lantas hanya mentok menjadi guru, ada banyak peluang yang harus dikembangkan, dan itu memang butuh proses.
Apalagi prinsipnya, sukses yang sebenarnya itu bagi dia, kembali ke desa. Artinya, setelah sekolah jauh-jauh, harus kembali ke desa untuk membangun desa dengan ilmu yang telah diperoleh.
“Karena sukses sesungguhnya itu yang bisa kembali ke desa,” ucap dia saat dihubungi Maduraraya.id, Kamis (20/10/2022).
Zahra bercerita, bermodalkan nekad, dia merintis usaha warung kopi yang diberi nama “Kedai Zahra’s”, lokasinya pun dikenal sangat pelosok, yakni di tengah desa yang selama ini dikenal dengan desa terpencil.
Tak jarang, sebelum dia mendirikan warung kopinya itu, buah bibir di sekelilingnya pun nyaris tak mampu ia bendung. Karena yang muncul bukan lagi motivasi, melainkan cibiran. “Tidak mungkin ramai kalau buka warung disini,” kata dia bercerita.
Akan tetapi, buah bibir tersebut terus ia buktikan, bahwa yang semula gelap gulita itu malah menjadi tempat nungkrong asyik para muda mudi disana. Tak jarang yang tuapun kadang juga ikut nimbrung menikmati hidangan kopi dan aneka cemilan lainnya.
Meski sedang merintis usaha yang sedang ia tekuni saat ini, ia juga tak meninggalkan kewajibannya sebagai lulusan Pendidikan dari kampusnya, ia membagi waktu, kalau pagi untuk ngajar, siang untuk menjahit, lalu sorenya dia menjaga warungnya.
Dalam benaknya, dia berkeinginan, bahwa usahanya ini tidak hanya di fokuskan untuk dirinya semata, melainkan dia juga berkeinginan untuk bisa menghidupkan perekonomian di desanya.
“Memang, usaha saya ini masih kecil dan masih pemula, bakal ada rintangan-rintangannya kedepan, tapi yang jelas keinginan saya, usaha saya ini nantinya bisa bermanfaat kepada banyak orang, semisal kalau sudah besar bisa mempekerjakan orang sekitar,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga mengaku bahwa saat ini dibenaknya tak lagi mikir harus jadi pegawai dan lain semacamnya, pihaknya hanya berpikir harus menjadi pengusaha.
“Saat ini sudah waktunya berfikir, kalau hidup itu harus punya pilihan, dan saya lebih memilih jadi pengusaha timbang jadi pegawai,” kata dia.
Dia pun berpesan agar siapapun orangnya dan sebagai apapun pada saat berada di bangku kuliah, kalu sudah kembali ke desa harus berani melangkah. “Pada dasarnya jangan sampai takut mencoba, karena semua hal pasti ada resiko baik dan buruknya,” lanjutnya.
“Sekalipun kita mahasiswa, mantan aktivis dan lain-lain, kita harus tetap berusaha, ilmu memang penting, tapi kita harus bisa hidup mandiri tanpa bergantung kepada orang tua dan orang lain,” tegas dia.
Kemerosotan ekonomi pasca adanya Covid-19 sangat dirasakan, oleh sebagian besar masyarakat dibawah, belum lagi ditambahnya kenaikan harga BBM yang saat ini telah mencekik, dan kurangnya lowongan pekerjaan, juga mejadi dasar dia memulai menekuni dunia wirausaha.
“Somoga saja, kedepan langkah saya ini menjadi motivasi bagi yang lain, apalagi saat ini kemerosotan ekonomi sangat kita rasakan, dan belum lagi minimnya lowongan pekerjaan di Bangkalan,” tutupnya.