BANGKALAN – Sekelompok orang mendatangi sekolah dasar negeri (SDN) Pettong 1, Kecamatan Tanah, Bangkalan, mereka menyegel sekolah tersebut lantaran status tanahnya masih belum jelas.
Kedatangan mereka ke sekolah tersebut, mengakunya sebagai ahli waris dari tanah yang di tempati SDN Pettong 1 itu.
Dijelaskan oleh ahli warisnya, bahwa mereka tidak pernah menjual atau mengalihkan tanah yang ditempati SDN tersebut, kepada pihak manapun. Karena tanah itu sebagai bentuk amal jariyah para leluhurnya, guna untuk mencerdaskan generasi bangsa.
Akibat dari penyegelan itu, para siswa dan siswi SDN Pettong 1, terpaksa harus melakukan proses belajar mengajar di teras sekolahnya. Hal tersebut lantaran lahan sekolah masih berdiri di lahan sengketa.
“Ada 51 siswa kita, terpaksa harus menjalani ujian tengah semester (UTS) di teras sekolah. Lantaran seluruh ruang kelas di gembok, tidak diperbolehkan untuk ditempati,” tutur, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sekolah (Kasek) SDN Pettong 1 Imam Taufik, saat dikonfirmasi, Rabu (12/10/2022).
Menurut Imam, saat bercerita, berdasarkan informasi yang ia terima dari guru di sekolah yang ia pimpin itu, ada sejumlah warga yang mengaku ahli waris datang untuk melakukan penyegelan.
Waktu itu, kebetulan pihaknya tidak sedang di lokasi kejadian, karena masih ada kegiatan di luar, dia malah mendapatkan kabar melalui sambungan telepon saja.
Informasinya, ahli waris meminta agar guru-guru yang ada di dalam ruangan untuk segera keluar, karena semua ruangannya akan segera digembok. Penyegelan itu, terhitung sejak 10 Oktober kemarin, sehingga, atas insiden itu, dia menilai telah mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM) siswanya.
Meski ruang kelas tidak bisa lagi digunakan, Imam mengaku bahwa KBM masih tetap berlangsung. Bahkan 51 siswa yang dimiliki masih antusias menjalani UTS yang kini sedang berlangsung.
Sampai saat ini, dia masih belum mengetahui hingga kapan peserta didiknya harus rela belajar di teras. Karena, hingga saat ini juga belum ada kesepakatan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. “Saat ini, pihak sekolah masih menunggu hasil keputusan semua ahli waris,” ujarnya.
Dia mengaku, sempat mendapat tawaran dari salah satu ahli waris, yang kebetulan dia merupakan guru di sekolah itu, dia menawarkan agar KBM dilaksanakan di rumahnya sampai masalah lahan sekolah selesai.
“Kebetulan rumahnya tepat di depan sekolah. Tetapi kami masih menunggu hasil musyawarah dulu,” ungkapnya. (Faiq)