Ragam  

Asal Usul Nama Desa Mertajasah, Diambil dari Nama Sunan Mertayasa

BANGKALAN – Desa Mertajasah, Kecamatan/Kabupaten Bangkalan, dulunya adalah wilayah atau tanah perdikan. Tanah perdikan yaitu suatu hak kebebasan tanah tanpa dipungut biaya pajak. Konon, tanah perdikan tersebut hanya akan diberikan kedapa tuan tanah yang telah berjasa dalam melakukan suatu hal.

Namun, setelah munculnya Undang-undang Pokok Agraria UUPA, segala hal yang berhubungan dengan tanah desa perdikan di hapus oleh pemerintah, sehingga menjadi tanah biasa dan langsung menjadi tanah Negara.

Menurut sumber yang ada, Desa Mertajasah terdiri dari 2 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukan Tetangga (RT). Jumlah penduduk desa tersebut di tahun 2020 yaitu sekitar 1.591 jiwa.

Luas wilayah Desa Mertajasah, kurang lebih 88.928 hektar. Sumber mata pencaharian desa tersebut, tidak terpaku pada musim tanam, namun cenderung pada pengolahan sumber daya laut dengan mengeksploitasi perikanan yang berasal dari laut Jawa.

Letak dari Desa Mertajasah, berada di kurang lebih 3 km dari pusat Kota Bangkalan, dengan batas-batasnya sebagai berikut; Sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bilaporah, Sebelah Barat berbatasa Desa Kramat dan Desa Ujung Piring dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mlajah.

Desa Mertajasah, selain dikenal dengan makam atau pesarean waliyullah Syaichona Moh. Cholil (Mbah Cholil) maha guru para ulama di Jawa dan Madura sendiri, ternyata Mertajasah juga dikenal sebagai desa, makamnya para wali-wali.

Salah satunya makam Khalifah Husain atau yang dikenal sebagai Sunan Mertayasa. Konon, Sunan Mertayasa ini diduga merupakan cikal-bakal dari sebutan Mertajasah, yaitu nama sebuah desa di Kecamatan/Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur.

Selain itu juga ada makam leluhur Syaikhona Kholil. Lalu ada makam Kiai Mas Bagus Ario Monconegoro, ulama asal Pajang yang hijrah ke Madura pada abad 16.

Komplek makam Sunan Mertayasa ini berada di satu area dengan komplek makam Monconegoro. Bedanya, makam Kiai Monconegoro memiliki kubah dan jirat serta kijing yang identik dengan masanya.

Sementara makam Sunan Mertoyoso hanya berupa nisan, tanpa kijing. Alias rata dengan tanah. Makam beliau dan isterinya hanya diberi batas berupa keramik, dan nisan yang dibungkus kain warna putih.

Dijelaskan oleh Kepala Desa (Kades) Mertajasah H. Rahmat, dia mengungkapkan, bahwa Sunan Mertayasa ini merupakan santri dari Sunan Ampel. Pada saat itu, Sunan Mertayasa ini menyebarkan islam di pulau Madura.

Pada akhirnya, sunan mertayasa ini menetap di Desa Mertajasah dan di makamkan di komplek pemakaman desa tersebut.

“Jadi asal usul nama Desa Mertajasah ini, menurut sesepuh terdahulu, diambilnya dari nama Sunan Mertayasa ini,” kata Kades Mertajasah, saat di temui di kediamannya, Minggu (25/9/2022).

Sekedar informasi, bahwa catatan di atas hanya mengutip pendapat dari Kepala Desa Mertajasah. Terlepas dari versi lain yang berkembang di wilayah lain, dan muncul di masa sekarang. (Faiq)